JAKARTA - CEO Nvidia, Jensen Huang, meninggalkan Taipei pada Jumat 23 Mei, setelah seminggu penuh sorotan dan pujian dari industri teknologi Taiwan, serta menyampaikan pesan penting tentang bagaimana raksasa chip AI asal AS ini berencana mempertahankan dominasinya di pasar.
Di tengah euforia ‘Jensanity’ yang menyelimuti Huang selama pameran dagang Computex, Nvidia sendiri sedang berada di titik persimpangan. Perusahaan ini telah tumbuh menjadi produsen chip paling bernilai di dunia, tetapi para investor khawatir akan adanya penurunan belanja infrastruktur AI dan dampak negatif dari friksi perdagangan antara AS dan China terhadap penjualan Nvidia.
Pembatasan ekspor teknologi tinggi dari AS telah membuat Nvidia kehilangan pangsa pasar di China karena terpaksa menarik produknya dan merancang chip alternatif dengan spesifikasi lebih rendah agar sesuai dengan kebijakan baru.
Kini, raksasa komputasi awan seperti Microsoft dan Google telah memberi sinyal akan memangkas belanja untuk AI. Meski dalam sebulan terakhir Huang mengumumkan berbagai kesepakatan bernilai ratusan miliar dolar AS di kawasan seperti Timur Tengah, para analis memperingatkan bahwa peluang-peluang seperti itu akan semakin jarang.
“Apakah setiap negara akan mengumumkan pusat data senilai 10 atau 50 miliar dolar seperti Arab Saudi? Tentu tidak,” kata analis Seaport Research, Jay Goldberg. “Mereka mulai kehabisan peluang yang jelas.”
“Infrastruktur AI sedang dibangun di mana-mana – itu salah satu alasan saya berkeliling dunia… Infrastruktur AI akan menjadi bagian dari masyarakat,” kata Huang dikutip VOI dari Reuters.
Di Computex, Huang memperkenalkan teknologi baru yang tidak bergantung pada proyek-proyek infrastruktur besar dari negara berdaulat: teknologi baru bernama NVLink Fusion.
Teknologi ini memungkinkan perusahaan lain untuk menyambungkan chip kustom mereka ke infrastruktur AI Nvidia, menjadikan platform ini sebagai fondasi bagi inovasi pihak ketiga.
“Alih-alih harus membangun seluruh rak peralatan sendiri, perusahaan bisa berinovasi atau membedakan diri lewat chip kustom mereka,” kata Nick Kucharewski, wakil presiden Marvell Technology.
Strategi ini bertujuan mendorong permintaan terhadap jaringan AI dan komponen pusat data milik Nvidia. Perusahaan ini juga mulai merambah pasar korporat dengan meluncurkan lini server yang disebut Huang sebagai “superkomputer AI untuk perusahaan”.
Huang menyebut server ini membuka peluang pasar bernilai miliaran dolar karena dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti grafik, mesin virtual, dan aplikasi AI.
Namun menurut Jay Goldberg dari Seaport, pasar perusahaan lebih sulit dimasuki karena nilai transaksi lebih kecil dibanding proyek negara, serta proses penjualannya lebih mahal dan memakan waktu.
“Saya rasa kita mulai mencapai batas ekspansi basis pelanggan,” ujar Goldberg.
BACA JUGA:
Nvidia bekerja sama dengan sejumlah perusahaan teknologi terbesar di Taiwan, seperti TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Co), yang memproduksi banyak chip Nvidia. Namun, infrastruktur AI yang kompleks ini tidak mungkin terwujud tanpa ratusan perusahaan Taiwan, besar dan kecil, yang memasok komponen serta keahlian manufaktur.
“Tujuan Computex adalah untuk menyatukan ekosistem dan rantai pasok,” kata Ian Cutress, analis utama di More Than Moore.
Jaringan ini penting untuk mendukung berbagai proyek raksasa seperti yang diumumkan di Teluk dan kemungkinan akan muncul di tempat lain dalam beberapa bulan ke depan.
Industri Taiwan sendiri menyambut hangat Huang, yang dipandang sebagai pahlawan lokal kelahiran Tainan sebelum pindah ke AS saat berusia sembilan tahun.
Sebelum terbang kembali, Huang sempat tampil bersama hampir semua eksekutif teknologi terkemuka Taiwan, termasuk Chairman Young Liu dari Foxconn, yang menyebut Huang sebagai “pemimpin Tim Taiwan”.
CEO MediaTek, Rick Tsai, bahkan memberikan Huang potongan jambu dalam kantong plastik dari kios buah favoritnya di Taipei.
Sementara itu, Solomon Technology, penyedia solusi otomasi industri dan inspeksi berbasis AI yang menggunakan perangkat lunak Nvidia, mengatakan bahwa kolaborasi dengan Nvidia menjadi dorongan besar bagi visibilitas mereka.
“Kerja sama dengan Nvidia membuat kami lebih dikenal. Dulu kami belum begitu terkenal, tapi dengan dukungan Nvidia, kini semakin banyak orang mengenal kami,” kata Chairman Solomon, Johnny Chen.
Saham Solomon tercatat melonjak 241% sejak Huang menyebut perusahaan tersebut di Konferensi Teknologi GPU Nvidia pada Maret tahun lalu.