Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, resmi diangkat sebagai Ketua Dewan Pembina Persatuan Artis Film Indonesia 1956 (PARFI '56) dalam diskusi dan buka puasa bersama di Museum Nasional, Jakarta, pada Kamis (27/03/2025). Acara ini sekaligus menjadi momentum penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara PARFI '56 dan BPJS Ketenagakerjaan mengenai Sistem Keagenan bagi para pekerja film.

Pengangkatan ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum PARFI '56, Marcella Zalianty, yang menilai dedikasi dan kepemimpinan Fadli Zon di bidang kebudayaan sebagai aset penting dalam memperkuat ekosistem perfilman Indonesia. Pengangkatan ini sejalan dengan semangat PARFI ’56 untuk memperkuat pelindungan dan pembinaan bagi para pekerja film nasional.

Fadli Zon menegaskan pentingnya kolaborasi multipihak dalam membangun industri film yang sehat, inklusif, dan berdaya saing tinggi.

“Film bukan hanya hiburan, tetapi juga cerminan budaya, ekspresi seni, dan alat diplomasi bangsa. Kolaborasi antara aktor, asosiasi profesi, dan pemerintah adalah kunci dalam memajukan industri perfilman kita,” ujar Fadli.

Dalam sambutannya, ia juga menyampaikan dukungan penuh terhadap perlindungan kesejahteraan pekerja film.

“Kerja sama antara BPJS Ketenagakerjaan dan PARFI '56 adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa para pelaku industri film mendapatkan jaminan sosial yang layak. Ini adalah fondasi penting bagi ekosistem yang sehat dan berkelanjutan,” tambahnya.

Fadli juga menyampaikan bahwa pemerintah, melalui Kementerian Kebudayaan, terus mendorong pertumbuhan industri film dengan kebijakan berbasis data dan strategi. Ia menyebutkan bahwa pada 2024, jumlah penonton film nasional mencapai lebih dari 80 juta orang, jauh melampaui penonton film asing, yang berjumlah sekitar 42 juta.

Meski demikian, ia menyoroti masih kurangnya jumlah layar bioskop di Indonesia. Dengan populasi lebih dari 281 juta jiwa, Indonesia idealnya membutuhkan lebih dari 28.000 layar film, sementara jumlah saat ini baru mencapai 3.000 layar.

“Kita membutuhkan lebih banyak layar, serta ekosistem yang adil dan berkeadilan bagi semua pelaku industri film. Pemerintah siap mendukung upaya bersama untuk menghadirkan solusi konkret,” tegas Fadli.

Selain membina komunitas film nasional, Fadli juga mendorong upaya pelestarian sejarah sinema Indonesia melalui rencana pembangunan Museum Film Indonesia yang proporsional dan modern.

“Museum film sangat penting, tidak hanya untuk mengenang sejarah sinema kita, tetapi juga sebagai ruang edukasi generasi baru dan diplomasi budaya Indonesia,” pungkasnya.

Acara ini turut dihadiri oleh Ketua Dewan Pertimbangan PARFI ’56 Dede Yusuf Macan Effendi, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Arswendy Bening, Komisaris Utama PFN Yessy Goesman, Kepala BPJS Ketenagakerjaan Wilayah DKI Jakarta Deny Yusyulian, serta para sineas dan insan perfilman nasional. Dengan semangat kolaboratif dan dukungan lintas sektor, pengangkatan Fadli Zon sebagai Ketua Dewan Pembina PARFI '56 diharapkan memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan utama perfilman di Asia, sekaligus melindungi para pelaku di balik layar industri perfilman nasional.