Kasus Positif Bertambah, Luhut; Masyarakat Susah Diatur dan 22 Persen Tidak Percaya COVID-19
Luhut Binsar Pandjaitan (Foto Kemenko Marves)

Bagikan:

Memasuki bulan kedua di tahun 2021, kasus positif COVID-19 di Indonesia terus bertambah. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan, per tanggal 2 Februari, total kasus kumulatif di Indonesia berjumlah 1.099.687.

Data tersebut terhitung sejak 2 Maret 2020. Sedangkan kasus positif harian, per 2 Februari mencapai 10.379 orang. Kasus pasien positif yang meninggal bertamah 304, totalnya menjadi 30.581 orang.

Menanggapin perkembangan kasus tersebut Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan meminta kerja sama dari semua elemen masyarakat.

Kondisi kenaikan COVID-19  di Indonesia, menurutnya disebabkan oleh tidak disiplinnya masyarakat. Banyak orang yang bandel melanggar protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

Lebih parahnya, menurut Luhut masih ada masyarakat yang tidak percaya akan ancaman COVID-19. Sementara itu, ia menegaskan bahwa pihak pemerintah sudah berupaya keras dalam mengatasi pandemi.

"Jadi bagaimana kita mengimplementasikan strategi ini, bagaimana kita mendisiplinkan orang-orang. Karena dari data kami, sekitar 22 persen orang mereka tidak mempercayai COVID-19," kata Luhut, saat acara Mandiri Investment Forum 2021, 3 Februari.

BACA JUGA:


Melibatkan Kemenag

Luhut menilai jumlah orang yang tidak percaya dengan bahaya COVID-19 bisa mencapai lebih 22 persen atau bahkan mencapai 40 persen. Untuk itu, pemerintah dan otoritas terkait pun kini tengah memperketat beragam prosedur dan program untuk meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.

 "Kemenag juga terlibat sekarang. Jadi semua pesantren, semua pimpinan agama dan entah itu Muslim, Kristen, Buddha harus bekerja sama bahwa hal ini harus kita tangani karena ini ancaman yang nyata terutama dengan varian yang baru," terangnya.

Pemulihan Ekonomi

Pemerintah, kata Luhut, tidak tinggal diam dengan keadaan yang terjadi saat ini. Apalagi, COVID-19 juga menyebabkan dampak negatif pada perekonomian Indonesia. Menurut dia, ekonomi akan sulit untuk pulih kalau pandemi masih ada di Indonesia.

"Pemulihan aktivitas ekonomi tergantung pada bagaimana kita menangani COVID-19. Menurut saya ini target yang penting untuk pemerintah Indonesia bagaimana kita bisa menangani dan tapi kita tetap bisa menggerakkan perekonomian," katanya.

Ikuti terus VOI.